ANALISIS
LAPORAN KEUANGAN
ANALISIS AKTIVITAS
PENDANAAN
Disusun Oleh:
FERIYANTO :
11102101
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
ASIA
MALANG
2013/2014
ANALISIS AKTIVITAS PENDANAAN
Aktivitas
bisnis didanai dengan kewajiban, ekuitas , atau keduanya. Kewajiban
(liabilities) merupakan klaim pihak luar atas aktiva dan sumber daya perusahaan
kini dan masa depan. Kewajiban dapat berupa pendanaan atau operasi dan biasanya
didahulukan dari pada pemegang ekuitas. Kewajiban pendanaan merupakan seluruh
bentuk pendanaan kredit seperti wesel bayar jangka panjang dan obligasi,
pinjaman jangka pendek, dan sewa guna usaha. Kewajiban operasi merupakan
kewajiban yang timbul dari operasi seperti kreditor perdagangan, kredit yang
ditangguhkan, dan kewajiban pensiun. Kewajiban umumnya dilaporkan sebagai
lancar (current) dan tak lancar (noncurrent), biasanya didasarkan pada kapan
kewajiban tersebut jatuh tempo. Sedangkan, Ekuitas merupakan klaim pemilik atas
aktiva bersih perusahaan.
1.
KEWAJIBAN
A.
Kewajiban
Lancar
Kewajiban lancar (jangka pendek)
merupakan kewajiban yang pelunasannya memerlukan penggunaan aktiva lancar atau
munculnya kewajiban lancar lainnya. Secara konsep, kewajiban lancar dicatat
pada nilai jatuh temponya, bukan pada nilai sekarang karena pendeknya waktu
penyelesaian utang.
Terdapat dua jenis kewajiban lancar.
Jenis pertama timbul dari aktivitas operasi, meliputi utang pajak, pendapatan
diterima di muka, uang muka, utang usaha, dan akrual beban operasi lainnya.
Jenis kedua kewajiban lancar timbul dari aktivitas pendanaan, meliputi pinjaman
jangka pendek dan bagian utang jangka panjang jatuh tempo dalam waktu satu
tahun.
B.
Kewajiban
Tak Lancar
Kewajiban tak lancar (jangka panjang)
merupakan kewajiban yang tidak jatuh tempo dalam waktu satu tahun atau satu
siklus operasi. Kewajiban ini meliputi pinjaman, obligasi, utang, dan wesel
bayar.Kewajiban tak lancar beragam bentuknya, penilaian serta pengukurannya
memerlukan pengungkapan atas seluruh batasan dan ketentuan yang meliputi
tingkat bunga, tanggal jatuh tempo, hak konversi, fitur penarikan, jaminan,
persyaratan penyisihan dana pelunasan, provisi kredit berulang, dan provisi
subordinasi. Perusahaan harus mengungkapkan default atas provisi kewajiban
termasuk untuk bunga dan pembayaran pokok.
C.
Analisis
Kewajiban
Kewajiban merupakan klaim terhadap
perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan mencatatnya yang meliputi pengungkapan
jumlah dan tanggal jatuh tempo termasuk kondisi, halangan, dan batasan yang
diberlakukan perusahaan. Harus diakui bahwa kewajiban tertentu lebih mudah
salah diklasifikasikan atau dijelaskan secara tidak memadai.
Auditor merupakan satu sumber keyakinan
dalam identifikasi dan pengukuran kewajiban yang menggunakan teknik seperti
konfirmasi langsung, melakukan telaah atas notulen rapat, membaca kontrak dan
perjanjian serta bertanya pada pihak-pihak yang bersangkutan.Sumber keyakinan
lain adalah akuntansi berpasangan atau ayat berganda (double entry accounting)
yang mensyaratkan adanya jurnal penyeimbang antara perolehan aktiva, beban,
atau kewajiban. Dalam hal ini, analisis didasarkan pada catatan atas laporan
keuangan dan pada komentar manajemen dalam laporan tahunan serta
dokumen-dokumen terkait. Jika kewajiban dinyatakan lebih rendah dari
seharusnya, kita harus mewaspadai penyajian laba lebih tinggi dari yang
seharusnya karena beban yang lebih rendah atau ditangguhkan.
2.
SEWA
GUNA USAHA
Sewa
guna usaha merupakan bentuk pendanaan yang populer, khususnya dalam beberapa
industri tertentu. Sewa guna usaha (lease) merupakan perjanjian kontraktual
antara pemilik (lessor) dan penyewa (lessee). Perjanjian tersebut memberikan
hak kepada lessee untuk menggunakan aktiva yang dimiliki lessor, selama masa
sewa guna usaha. Sebagai imbalannya, lessee membayar sewa yang disebut
pembayaran sewa guna usaha minimum (minimum lease payment-MLP). Perjanjian
mewajibkan lessee untuk membayar selama periode yang ditentukan. Dua metode
alternatif untuk akuntansi sewa guna usaha, yaitu sewa guna usaha modal
(capital lease) dan sewa guna usaha operasi (operating lease). Pada operating
lease, lessee (lessor) mancata MLP sebagai beban (pendapatan) sewa.
Pendanaan
sewa guna usaha populer karena penjual menggunakan sewa guna usaha untuk
meningkatkan penjualan dengan menyediakan pendanaan bagi pembeli, pendapatan
bunga menjadi sumber pendapatan utama bagi penjual, cara yang nyaman bagi
pembeli untuk mendanai pembelian aktivanya,dan dapat menjadi sumber pendanaan
di luar neraca sehingga bisa “mempercantik” laporan keuangan.
A.
Klasifikasi
dan Pelaporan Sewa Guna Usaha
Lessee mengklasifikasikan dan mencatat
sewa guna usaha sebagai capital lease jika pada saat terjadinya transaksi
tersebut memenuhi minimal satu dari empat kriteria , antara lain :
1. Terdapat
transfer kepemilikan aktiva pada lessee pada khir masa sewa guna usaha,
2. Terdapat
opsi untuk membeli aktiva pada harga murah (bargain price),
3. Masa
sewa guna usaha 75% atau lebih dari estimasi umur ekonomis aktiva
4. Nilai
sekarang pembayaran sewa dan pembayaran sewa guna usaha minimum lain sebesar 90%
atau lebih dari nilai wajar aktiva dikurangi kredit pajak investasi yang
ditahan lessor.
Sewa guna usaha dapat diklasifikasikan
sebagai operating lease bila tidak satu pun kriteria tersebut terpenuhi,
kondisi 4 khususnya sulit untuk dihindari.
Jika sewa guna usaha diklasifikasikan
sebagai capital lease, lessee mencatatnya baik aktiva maupun kewajiban sejumlah
nilai sekarang MLP selama masa sewa guna usaha tidak termasuk biaya
administrasi seperti asuransi, perawatan, dan pajak yang dibayar lessor yang termasuk
dalam MLP. Aktiva sewa guna usaha harus disusutkan selama masa sewa guna usaha
dengan cara yang konsisten dengan kebijakan penyusutan lessee yang normal.
Tetapi jika sewa guna usaha mengalihkan kepemilikan atau membeli aktiva pada
harga murah, maka penyusutan dihitung selama estimasi umur ekonomis.
B.
Dampak
Operating Lease
Metode alternatif dalam standar
akuntansi sering disalahgunakan leesee yang menstrukturkan kontrak sewa guna
usaha sehingga dapat menggunakan metode operating lease. Praktik ini mengurangi
manfaat laporan keuangan dam mempengaruhi kemampuan untuk membandingkan laporan
keuangan perusahaan berbeda. Dampak pada laporan keuangan ini adalah sebagai
berikut:
a. Operating
lease menyajikan kewajiban lebih rendah dengan tidak menyajikan pendanaan sewa
guna usaha dalam neraca..
b. Operating
lease menyajikan aktiva lebih rendah dari seharusnya.
c. Operating
lease menunda pengakuan beban dibandingkan dengan capital lease.
d. Operating
lease menyajikan kewajiban lancar lebih rendah dari seharusnya.
e. Operating
lease memasukkan bunga dalam beban sewa.
D.
Konversi
Operating Lease menjadi Capital Lease
Langkah-langkah untuk mengonversi
operating lease menjadi capital lease, antara lain:
1. Menilai
apakah klasifikasi operating lease masuk akal, kita memerlukan estimasi nilai
sekarang kewajiban operating lease yang dimulai dengan tingkat bunga untuk
mendiskontokan proyeksi pembayaran sewa guna usaha.
2. Menghitung
nilai aktiva sewa guna usaha sama dengan estimasi kewajiban sewa guna usaha. Nilai
aktiva capital lease selalu lebih rendah dari kewajiban karena bergantung pada
lamanya masa sewa guna usaha, umur ekonomis aktiva, dan kebijakan penyusutan
lessee.
3.
IMBALAN
PASCA PENSIUN
Pemberi
kerja sering menyediakan imbalan bagi pekerja pasca pensiun. Terdapat dua
bentuk imbalan pascapensiun (postretirement benefit):
1. Imbalan
pensiun (pension benefit) ,dimana pemberi kerja menjanjikam imbalan moneter
kepada pekerja pasca pensiun, dan
2. Imbalan
pasca pensiun lainnya ( other postretirement employee benefit-OPEB), dimana
pemberi kerja menyediakan imbalan lain(non moneter) terutama pemeliharaan
kesehatan dan asuransi jiwa.
Biaya
imbalan pasca pensiun ini perlu diestimasi berdasarkan asumsi aktuaria atas
harapan hidup, perputaran pegawai, kompensasi, biaya perawatan kesehatan,
tingkat pengembalian yang diharapkan, dan tingkat bunga. Imbalan pensiun dan
OPEB menjadi bagian besar dalam kewajiban banyak perusahaan. Selain itu,
pensiun menjadi bagian besar dalam tabungan dan investasi ekonomi.
A.
Sifat
Kewajiban Pensiun
Perusahaan memformalkan komitmen pensiun
dalam bentuk program pensiun (pension plan) yang merupakan janji pemberi kerja
untuk menyediakan imbalan pensiun bagi pekerja yang melibatkan tiga pihak:
pemberi kerja, yang memberikan kontribusi pada program pensiun; pekerja yang
menerima imbalan; dan dana pensiun. Dana pensiun (pension fund) terpisah dari
pemberi kerja dan diadministrasikan oleh pihak yang ditunjuk (trustee).Dana
pensiun memberikan kontribusi, menginvestasikan kontribusi dengan cara tepat,
dan membagikan imbalan pensiun pada pekerja.
Program pensiun dapat dibagi dalam dua
kategori, yaitu program pensiun imbalan pasti (defined pension), menentukan
jumlah pensiun yang dijanjikan pemberi kerja untuk disediakan bagi pensiunan.
Kedua, program pensiun iuran pasti (defined contribution), menentukan jumlah
kontribusi pemberi kerja pada program pensiun.
Dalam kedua program pensiun, imbalan
pekerja biasanya ditentukan melalui rumus yang dikaitkan dengan upah pekerja .
Pembayaran pensiun dipengaruhi oleh provisi perolehan hak ( vesting). Vesting
merupakan hak pekerja atas imbalan pensiun terlepas dari apakah pekerja masih
berada dalam perusahaan atau tidak.
B.
Kewajiban
Pensiun
Terdapat dua definisi alternatif untuk
kewajiban pensiun :
1. Akumulasi
kewajiban imbalan (accumulated benefit obligation-ABO) merupakan nilai sekarang
aktuaria kewajiban imbalan pensiun di masa depan kepada pekerja pada saat
pensiun berdasarkan kompensasi saat ini.Nilai sekarang sama dengan kewajiban
kini pemberi kerja jika program pensiun dihentikan.
2. Proyeksi
kewajiban imbalan ( projected benefit obligation-PBO) merupakan estimasi
aktuaria atas utang imbalan pensiun di masa depan kepada pegawai berdasarkan
kompensasi yang diharapkan di masa depan dan jasa sampai saat ini.Cara ini
merupakan estimasi kewajiban pensiun yang lebih realistis.
C.
Aktiva
Pensiun dan Status Pendanaan
Selisih antara nilai aktiva program dan
PBO disebut status pendanaan atas program. Sebuah program disebut ”didanai
lebih” bila nilai aktiva pensiun lebih besar dari PBO, dan disebut “didanai
kurang” bila nilai aktiva pensiun lebih kecil dari PBO. Status pendanaan atas
program mencerminkan posisi ekonomi bersih yang didefinisikan sebagai POB
dikurangi nilai aktiva program.
Terdapat berbagai alasan terjadinya
pendanaan lebih seperti akumulasi dana bebas pajak, kinerja perusahaan sangat
baik , perusahaan dapat menghentikan atau mengurangi kontribusi pada dana
pensiun sampai aktiva pensiun sama atau kurang dari PBO dan perusahaan dapat
menari kelebihan aktiva yang dikenakan pajak penghasilan.
Terdapat alasan pula atas terjadinya
pendanan kurang , yaitu kinerja investasi yang buruk perubahan aturan pensiun
seperti pemberian imbalan retroaktif dan kontribusi oleh pemberi kerja yang
tidak memadai.
D.
Biaya
Pensiun
Biaya pensiun ekonomi atau beban
merupakan biaya bersih yang timbul dari perusahaan posisi ekonomi bersih selama
periode bersangkutan yang meliputi komponen yang berulang (normal) maupun yang
tidak berulang (abnormal). Biaya pensiun yang berulang terdiri atas dua
komponen, sebagai berikut :
1. Biaya
jasa merupakan nilai sekarang aktuaria atas imbalan pensiun yang dihasilkan
pegawai berdasar rumus imbalan pensiun.
2. Biaya
bunga merupakan penambahan atas PBO yang timbul karena pembayaran pensiun
menjadi satu periode lebih dekat.Biya bunga dihitung cengan mengalikan PBO awal
periode dengan tingkat diskonto.
Biaya pensiun yang tidak berulang
berasal dari peristiwa seperti perubahan aumsi aktuaria atau perubahan
ketentuan program, terdiri atas dua komponen, yaitu :
1. Keuntungan
atau kerugian aktuaria merupakan perubahan PBO yang terjadi saat asumsi
aktuaria dalam perhitungan PBO direvisi.
2. Biaya
jasa lalu timbul karena ketentuan program pensiun atas PBO yang meliputi
imbalan pensiun retroaktif atau imbalan pensiun yang dibentuk amandemen
program.
Komponen terakhir dalam perhotungan
biaya pensiun ekonomi bersih adalah penyesuaian untuk pengembalian aktual
aktiva program yang merupakan laba program pensiun. Laba aktiva program terdiri
atas penghasilan investasi,kenaikan modal serta dividen dan bunga yang diterima,
dikurangi upah manajemen, ditambah kenaikan yang direalisasi dan todak
direalisasi. Pengembalian aktiva program biasanya mengurangi biaya pensiun.
E.
Artikulasi
Biaya Pensiun dan Status Pendanaan
Artikulasi biaya muncul dari hubungan
anatara laporan laba rugi dan laporan arus kas yang terdapat dalam akuntansi
akrual. Pemahaman artikulasi posisi ekonomi bersihdan biaya pensiun ekonomi
berguna dalam analisis pengungkapan pensiun.
F.
Ketentetuan
Akuntansi Pensiun
Kerangka akuntansi pensiun diatur dalam
SFAS 87 (sebagai catatan, SFAS 132 mengubah ketentuan pengungkapan pensiun
namun tidak mengubah kerangka akuntansinya). Fokus SFAS 87 adalah tercapainya
ukuran biaya pensiun yang stabil dan permanen. Standar ini meratakan biaya
pensiun yang dilaporkan dengan menunda pengakuan dampak ekonomis biaya pensiun,
dengan mengurangi votalitas biaya pensiun yang dilaporkan (dan laba yang
dilaporkan).
Kewajiban pensiun sensitive terhadap
perubahan asumsi aktuaria dan perubahan ketentuan program. Perubahan aktiva dan
dan kewajiban pensiun dapat berdampak besar dibandingkan dengan laba bersih
perusahaan. Penempatan biaya pensiun ekonomi dalam laporan laba rugi dapat
menimbulkan votalitas laba yang tidak perlu , yang sering kali mengaburkan
dampak ekonomi lainnya.
Dengan tujuan mengurangi votalitas yang
tidak perlu atas biaya pensiun yang dilaporkan , SFAS 87 menyarankan proses
perataan. Perataan ini meliputi penundaan biaya (dan penghasilan) ekonomi
tertentu yang dianggap tidak biasa dan tidak berulang dan kemudian
mengamortisasikannya selam periode jasa yang diharapkan.
Membandingkan biaya pensiun yang
dilaporkan (reported pension costs) dan biaya pensiun ekonomi dalam contoh J.
Smith (dalam praktik, biaya pensiun yang dilaporkan sering disebut biaya
pensiun periodik bersih). Tampak tiga perbedaan yang nyata: (1) yang dilaporkan
adalah pengembalian yang diharapkan atas aktiva program, bukan pengembalian
actual aktiva program; (2) dampak perubahan aktuaria dan biaya jasa lalu tidak
termasuk (ditangguhkan) dalam biaya pensiun yang dilaporkan (garis panah
menunjukkan penangguhan ini); dan (3) komponen yang ditangguhkan
diamortisasikan selama jasa pegawai yang tersisa.
Kita akan membahas tiap-tiap penangguhan
(dan amortisasi) sebagai berikut:
· Pengembalian
atas aktiva program yang diharapkan mengurangi biaya pensiun yang dilaporkan.
Untuk pengembalian votalitas tersebut, keuntungan atau kerugian dari selisih
antara pengembalian yang diharapkan dan pengembalian actual ditangguhkan
diamortisasi. Keuntungan atau kerugian atas aktiva program yang ditangguhkan
tersebut diamortisasi selam masa tertentu dan disertakan dalam biaya pensiun
yang dilaporkan. Pengembalian aktiva program yang diharapkan dihitung dengan
mengalikan tingkat pengembalian aktiva program jangka panjang yang diharapkan
dengan nilai pasar aktiva program bersangkutan pada awal periode.
· Penagguhan
dan amortisasi keuntungan atau kerugian bersih timbul dari penundaan pengakuan
deviasi dari harapan untuk kewajiban pensiundan aktiva pensiun. Keuntungan atau
kerugian bersih terdiri atas (1) selisih antara pengembalian actual dan
pengembalian yang diharapkan atas aktiva program dan (2) keuntungan dan
kerugian bersih aktuaria. Pendekatan koridor melindungi keuntungan dan kerugian
yang tidak diakui yang berada dalam koridor untuk tidak diamortisasi. Koridor
ini adalah man yang lebih besar antara 10% PBO pada awal tahun. Mana yang lebih
besar , yang diamortisasi selama periode jasa pegawai rata-rata.
· Penangguhan
dan amortisasi biaya jasa lalu menunda pengakuan dampak biaya jasa lalu pada
biaya pensiun yang dilaporkan . Amortisasi didasarkan pada periode jasa pegawai
di masa depan, secara garis lurus.
· Penangguhan
dan amortisasi keuntungan atau kerugian transisi timbul saat pertama kali
program dibentuk. Dalam akuntansi pensiun, perusahaan menentukan : (1) PBO
(dari aktuaris); (2) nilai wajar aktiva program (dari pengelola); (3) biaya
pensiun yang tidak didanai atau biaya pensiun yang dibayar di muka yang telah
diakui (dari catatan perusahaan).selisih antara PBO dan jumlah (2) ditambah (3)
tidak diakui segera. Jumlah tersebut dianggap sebagai keuntungan atau kerugian
transisi yang tidak diakui dan diamortisasi secara garis lurus selama periode
rata-rata jasa pegawai yang tersisa.
Status yang Dilaporkan di Neraca.
Akuntansi pensiun mengatur bahwa posisi bersih (net position) program pensiun
yang dilaporkan di neraca harus mengartikulasikan dengan tepat biaya pensiun
yang dilaporkan dalam laporan laba rugi. Ketentuan ini mengharuskan seluruh pos
tangguhan tidak diakui (bukan diungkapkan) dalam neraca.
Status yang dilaporkan dalam neraca
dapat dipandang sebagai biaya pensiun yang dilaporkan kumulatif dikurangi
kontribusi kumulatif, bukan sebagai selisih antara aktiva dana pensiun dan
kawajiban dana pensiun. Karena alasan tersebut, kewajiban (atau aktiva) yang dilaporkan
dalam neraca disebut biaya pensiun akrual atau dibayar dimuka (accued or
prepaid pension cost).
Kewajiban Minimum Tambahan. Akuntansi
pensiun menentukan kewajiban pensiun minimum tambahan (additional minimum
pension liability) sebagai penambah jumlah status yang dilaporkan (biaya
pensiun akrual) yang harus diakui dalam kondisi-kondisi tertentu. Kewajiban
pensiun minimum (minimum pension liability) yang harus dicatat oleh pemberi
kerja dalam nareca adalah jumlah selisih lebih antara ABO dan nilai wajar
aktiva program. Kewajiban minimum ini didasarkan pada ABO, bukan PBO-dengan
alasan bahwa kewajiban pemberi kerja bila program dihentikan adalah ABO, bukan
PBO. Tujuan kewajiban minimum tambahan ini adalah untuk meyakinkan bahwa
kewajiban pensiun tercatat dalam neraca selalu lebih tinggi dari kewajiban
minimum. Jika nilai wajar aktiva pensiun melebihi ABO, tidak ada aktiva yang
dicatat.
G.
Imbalan
Karyawan Pascapensiun Lainnya
Imbalan pascapensiun selain pensiun atau
imbalan karyawan pascapensiun lainnya (other postretirement employee
benefit-OPEB) merupakan imbalan yang diberikan oleh pemberi kerja kepada
pensiunan dan anggota keluarganya. Contohnya adalah asuransi jiwa, perawatan
kesehatan, bantuan perumahan, serta jasa hokum dan pajak.
Walaupun kewajiban OPEB ini memiliki
tantangan akuntansi yang serupa dengan pensiun, terdapat beberapa besar
diantara keduanya. Perbedaan pertama adalah pendanaan. Hanya sedikit perusahaan
yang mendanai kewajiban OPEB tersebut. Perbedaan besar lainnya adalah bentuk
imbalan pascapensiun yang sering kali berbentuk jasa yang dijanjikan seperti
imbalan perawatan kesehatan, bukan kompensasi dalam bentuk uang
.
a. Ciri-ciri
Akuntansi OPEB
·
Pelaporan biaya bersih (net cost
reporting). (1) nilai sekarang biaya akrual untuk kompensasi yang dijanjikan
atas jasa pegawai; (2) akrual biaya bunga sampai saat pembayaran imbalan; dan
(3) pengembalian investasi dalam aktiva program –pengembalian tersebut tidak
mengurangi biaya sebagian besar program karena sebagian besar tidak didanai.
·
Pengakuan yang ditunda (delayed
recognition). Perubahan-perubahan tertentu dalam OPEB. Hal ini dilakukan
melalui proses penangguhan dan amortisasi yang bertujuan menghindarkan biaya
kini dari votalitas yang berlebihan.
·
Saling hapus (offsetting). Aktiva
program yang dibatasi untuk pembayaran OPEB saling hapus dengan akumulasi
kewajiban imbalan pascapensiun untuk menentukan nilai yang diakui dalam neraca.
b. Kewajiban
dan Biaya OPEB
Kewajiban pemberi kerja dalam SFAS 106
disebut akumulasi kewajiban imbalan pascapensiun (accumulated postretirement
benefit obligation-APBO). Total biaya ditentukan secara aktuaria untuk
menyediakan imbalan di masa depan, kewajiban imbalan pascapensiun yang
diharapkan (expected postretirement benefit obligation-EPBO), diakui secara
bertahap selama masa jasa pegawai yang diharapkan. APBO merupakan EPBO yang
telah menjadi hak pegawai pada pada suatu tanggal tertentu-yaitu, akumulasi
imbalan yang diakui sampai tanggal tersebut.
Biaya OPEB yang dilaporkan meliputi
komponen-komponen sebagai berikut:
·
Biaya jasa –nilai sekarang aktuaria dari
imbalan yang dihasilkan oleh pegawai selama suatu periode, bagian dari EPBO
yang diatribusikan pada tahun berjalan.
·
Biaya bunga-pertumbuhan APBO selama satu
periode menggunakan asumsi tingkat diskonto.
·
Amortisasi keuntungan dan kerugian
bersih-jumlah yang timbul saat hasil actual program berbeda dengan estimasi
awal, atau dengan kata lain, pengembalian yang diharapkan atas aktiva berbeda
dengan pengembalian actual.
·
Amortisasi kewajiban transisi-biaya yang
timbul dari amandemen program yang mengubah imbalan dan diatribusikan pada jasa
pegawai yang diberikan sebelum tanggal amandemen.
·
Amortisasi kewajiban transisi-biaya yang
timbul dari pembentukan awal program.
·
Pengembalian yang diharapkan atas aktiva
program-pengembalian ini mengurangi biaya pasca pensiun tahunan bersih jika
program didanai.
H.
Analisis
Imbalan Pascapensiun
Terdapat prosedur tiga langkah untuk
analisis imbalan pascapensiun: (1) menentukan dan merekonsiliasi biaya dan
kewajiban (atau aktiva) imbalan ekonomis dan yang dilaporkan; (2) membuat
penyesuaian yang diperlukan atas laporan keuangan, khususnya neracaa; dan (3)
mengevaluasi asumsi aktuaria dan dampaknya pada laporan keuangan.
a. Menyesuaikan
Laporan Laba Rugi dan Neraca
Biaya imbalan yang dilaporkan berbeda
dengan biaya ekonomis karena dampak sementara, seperti keuntungan dan kerugian
aktuaria, biaya jasa lalu, dan pengembalian aktiva abnormal, diamortisasi
melalui proses perataan. Tujuan perataan ini adalah untuk mendapatkan komponen
biaya imbalan pascapensiun yang lebih stabil atau permanen. Jika tujuan
analisis adalah menentukan laba ekonomis , maka analis harus mempertimbangkan
semua elemen sementara laba, yang menimplikasikan bahwa ukuran biaya imbalan
yang lebih berguna adalaaah biaya ekonomis.
b. Asumsi
Aktuaria dan Analisis Sensitivitas
Kewajiban imbalan diestimasi dengan
menggunakan angka asumsi aktuaria. Petunjuk untuk penentuan asumsi aktuaria
menyediakan ruang pilihan bagi pemberi kerja yang mungkin ingin mempercantik
laporan keuangan. Baik PBO maupun nilai aktiva program sensitive terhadap
factor ekonomi yang berfluktuasi seperti tingkat bunga dan kinerja pasar saham.
Posisi yang dilaporkan (imbalan atau biaya akrual) dan biaya yang dilaporkan
stabil dibandingkan dengan komponen lainnya.
Asumsi pentingnya adalah estimasi tinkat
diskonto. Perubahan tingkat diskonto memengaruhi besaran PBO maupun biaya
imbalan ekonomi. Tingkat diskonto yang lebih rendah meningkatkan PBO dan
karenanya menurunkan status pendanaan-meskipun proses perataan menghilangkan dampak
tersebut dari neraca. Kenaikan (penurunan) tingkat diskonto berpotensi
menurunkan (menaikkan) biaya jasa namun menaikkan (menurunkan) biaya bunga.
Tingkat diskonto yang lebih rendah umumnya mengindikasikan praktik akuntansi
yang lebih agresif.
Asumsi tingkat pertumbuhan mungkin tidak
sepenting asumsi tingkat diskonto atau asumsi pengembalian yang diharapkan.
Cenderung lebih stabil dan lebih dapat diprediksi, Karena pengaruhnya pada
negosiasi tenaga kerja .
c. Implikasi
Arus Kas Imbalan Pascapensiun
Implikasi arus kas imbalan pascapensiun
adalah arus kas keluar yang sama dengan kontribusi perusahaan pada program.
4.
KONTIJENSI
DAN KOMITMEN
A.
Kontijensi
Kontijensi (contingencies) merupakan
keuntungan dan kerugian potensial yang penyelesaiannya bergantung pada satu
atau lebih peristiwa di masa depan. Kontijensi rugi yang disebut kewajiban
kontinjen (contingent liability) merupakan klaim potensial atas sumber daya
perusahaan. Kewajiban kontijen timbul dari perkara hokum, ancaman
pengambilalihan, penagihan piutang, klaim atas garansi produk atau kerusakan
produk, garansi kinerja, perhitungan pajak, risiko yang diasuransikan sendiri
(self-insured risk), dan kerugian property.
Kontijensi rugi harus memenuhi dua
kondisi agar dapat dicatat sebagai rugi. Pertama, “besar kemungkinan”
(probable) bahwa aktiva akan turun nilainya atau kewajiban akan timbul. Kondisi
kedua adalah jumlah kerugian harus “dapat diestimasikan dengan memadai”
(reasonably estimable). Contoh yang biasanya memenuhi kedua kondisi ini adalah
kerugian piutang tak tertagih dan kewajiban garansi produk.
a. Analisis
Kewajiban Kontijensi
Kewajiban kontinjen yang dilaporkan
seperti garansi jasa merupakan estimasi. Keakuratan analisis kita atas
kewajiban ini bergantung pada keakuratan estimasi tersebut, yang sering kali
didasarkan pada pengalaman masa lalu perusahaan atau harapan di masa depan.
Kita harus berhati-hati menerima estimasi manajemen ini untuk kewajiban
kontinjen garansi maupun kewajiban lainnya.
Kita juga harus menganalisis
pengungkapan atas seluruh kerugian (keuntungan) kontinjensi. Sebagai contoh,
penting untuk menganalisis pengungkapan jaminan tidak langsung atas utang,
seperti dana diterima di muka atau menutup beban tetap entitas lain.
Pengungkapan kontinjensi umumnya meliputi:
·
Deskripsi kewajiban kontinjen dan
tingkat rasio.
·
Jumlah kontinjen potensial dan bagaimana
partisipasi pihak lain diperlakukan dalam penentuan risiko.
·
Pembebanan estimasi kerugian kontinjen,
jika ada.
Analisis kita harus mengakui bahwa
perusahaan terkadang kurang mengestimasi (underestimate) atau tidak mengakui
kewajiban tersebut. Contoh lain kewajiban kontinjen adalah penerbangan gratis
bagi pelanggan setia yang mengumpulkan poin berdasarkan kilometer penerbangan
(frequent flyer mileage). Frequent flyer mileage yang belum diklaim memberikan
bermiliar-miliar kilometer penerbangan gratis bagi para penumpang. Hal tersebut
menjamin kesetiaan pelanggan dan menawarkan imbalan pemasaran yang tidak
gratis. Namun perusahaan penerbangan cenderung kurang mengakui (underestimate)
kewajiban ini.
Cadangan untuk kerugian di masa depan
merupakan jenis kontinjensi lainnya yang perlu diperiksa. Konservatisme dalam
akuntansi meminta perusahaan untuk mengakui kerugian saat perusahaan dapat
menentukannya atau dapat meramalakan. Namun demikian perusahaan cenderung untuk
mengestimasi lebih besar (overerstimate) kerugian kontinjen mereka, khususnya
di tahun dengan kinerja buruk. Perilaku ini disebut sebagai ‘mandi besar’ (big
bath) dan sering meliputi pencatatan kerugian pelepasan aktiva, relokasi, dan
penutupan pabrik. Overestimating kerugian ini menarik biaya masa depanm ke
periode sekarang dan dapat digunakan oleh manajemen sebagai alat untuk mengatur
laba. Rincian estimasi kerugian ini (disebut pula sebagai cadangan
kerugian-loss reserve) terkadang diungkapkan dalam laporan yang diserahkan
kepada SEC, namun tidak terdapat ketentuan untuk pengungkapan rinci. Walau
demikian , kita harus berusaha untuk memperoleh rincian cadangan kerugian per
kategori dan jumlahnya untuk kepentingan analisis kita.
B.
Komitmen
Komitmen (commitments) merupakan klaim
potensial atas sumber daya perusahaan berdasarkan kinerja di masa depan sesuai
kontrak. Komitmen tidak diakui dalam laporan keuangan karena peristiwa seperti
penandatanganan kontrak atau penerbitan pesanan pembelian (purchase order)
bukan merupakan transaksi yang lengkap. Contoh tambahan adalah kontrak jangka
panjang yang tidak dapat dibatalkan untuk membeli barang atau jasa pada harga
tertentu, dan kontrak pembelian aktiva tetap yang harus dibayar selama masa konstruksi.
5.
PENDANAAN
DI LUAR NERACA
Pendanaan
di luar neraca (off-balance-sheet financing) adalah tidak tercatatnya kewajiban
pendanaan tertentu. Kita telah mempelajari transaksi yang memenuhi pengertian
ini-seperti operating lease yang tidak dapat dibedakan dari capital lease.
Selain sewa guna usaha, terdapat rancangan pendanaan di luar neraca lainnya,
mulai dari yang sederhana sampai yang sangat kompleks. Rancangan ini merupakan
bagian dari tatanan yang selalu berubah, di mana saat ketentuan akuntansi atas
transaksi pendanaan di luar neraca diterapkan untuk lebih mencerminkan
kewajiban, diciptakan transaksi baru yang inovatif untuk menggantikannya.
A.
Contoh
Pendanaan di Luar Neraca
Salah satu untuk mendanai property,
pabrik, dan peralatan adalah meminta pihak luar untuk mendapatkannya, dan
perusahaan sepakat untuk mengunakan aktiva tersebut serta menyediakan dana yang
cukup untuk melunasi utang. Contoh rancangan ini adalah through-put agreement
di mana perusahaan sepakat untuk memproduksi barang sejumlah tertentu melalui
fasilitas pemprosesan, atau take or-pay agreement di mana perusahaan memberikan
jaminan untuk membayar sejumlah tertentu barang, diperlukan atau tidak. Variasi
dari rancangan ini melibatkan penciptaan entitas terpisah dan kemudian
menyediakan pendanaan tidak lebih dari 50% kepemilikan – seperti joint venture
atau persekutuan terbatas(limited partnership). Perusahaan menempatkan
transaksi ini sebagai investasi dalam ekuitas dan tidak mengonsolidasikannya
dalam laporan keuangan perusahaan. Dengan demikian pendanaan tersebut tidak
masuk dalam kewajiban.
B.
Entitas
Bertujuan Khusus
Entitas bertujuan khusus atau EBK
(special purpose entities-SPE), yang sekarang menjadi tidak terkenal setelah
bangkrutnya Enron, telah menjadi mekanisme pendanaan yang sah selama lebih dari
dua decade dan menjadi bagian tak terpisahkan dari keuangan perusahaan saat
ini.
· SPE
dibentuk oleh perusahaan sponsor dan dikapitalisasi dengan investasi ekuitas,
beberapa di antaranya harus berasal dari pihak ketiga yang independen.
· SPE
meningkatkan investasi ekuitas ini dengan meminjam dari pasar kredit dan
membeli aktiva dari atau untuk perusahaan sponsor.
· Arus
kas dari aktiva digunakan untuk membayar utang dan menyediakan pengembalian
bagi investor ekuitas.
Struktur ini telah digunakan untuk
mensahkan berbagai transaksi selama beberapa decade. Beberapa contohnya adalah
:
·
Sebuah perusahaan menjual piutang usaha
kepada SPE.
·
Sebuah perusahaan ingin membangun
fasilitas manufaktur.
·
Sebuah perusahaan ingin membangun
kantor.
6.
EKUITAS
PEMEGANG SAHAM
Ekuitas
mengacu pada pendanaan oleh pemilik (pemegang saham) perusahaan. Ekuitas
dipandang klaim pemilik atas aktiva bersih perusahaan. Klaim pemegang efek
ekuitas umumnya berada di bawah kreditor, yang berarti klaim kreditor dipenuhi
terlebih dahulu.
Analisis
kita atas ekuitas harus mempertimbangkan pengukuran dan pelaporan standar
ekuitas pemegang saham. Analisis tersebut meliputi :
·
Mengklasifikasikan dan memisahkan sumber
utama pendanaan ekuitas.
·
Mempelajari hak untuk kelompok-kelompok
pemegang saham dan prioritas mereka dalam likuidasi.
·
Mengevaluasi pembatasan hukum untuk
distribusi ekuitas.
·
Menilai ketentuan dan provisi efek yang
dapat dikonversi (convertible securities, opsi saham, dan kesepakatan lainnya
yang berpotensial menerbitkan saham.
Penting
bagi kita untuk membedakan antara instrumen kewajiban dan insrtumen ekuitas
mengingat perbedaan risiko dan pengambilan kedua instrumen tersebut. Pembedaan
ini penting terutama jika instrumen keuangan memiliki karakteristik kewajiban
dan karakteristik ekuitas. Beberapa pertanyaan sulit yang harus kita hadapi
adalah :
·
Apakah instrumen keuangan seperti saham
preferen yang ditarik kembali atau opsi jual saham biasa perusahaan (put
option)-yang mewajibkan perusahaan untuk menariknya kembali pada jumlah tertentu-merupakan
kewajiban atau instrument ekuitas?
·
Apakah instrument keuangan seperti waran
pembelian saham atau opsi saham pegawai-yang mewajibkan perusahaan untuk
menerbitkan saham pada jumlah tertentu-merupakan kewajiban atau instrument
ekuitas?
·
Apakah hak untuk menerbitkan atau
membeli kembali saham perusahaan pada jumlah tertentu merupakan aktiva atau
instrument ekuitas?
·
Apakah instrument keuangan yang memiliki
fitur kewajiban maupun ekuitas apakah sangat berbeda sehingga disajikan
terpisah? Jika ya, apakah kriteria untuk penyajiannya?
A.
Saham
Modal
a. Pelaporan
Saham Modal
Pelaporan saham modal meliputi
penjelasan atas perubahan jumlah lembar modal. Informasi tersebut diungkapkan
dalam laporan keuangan atau catatan terkait. Daftar berikut ini menunjukan alasan
perubahan saham modal, terpisah menurut kenaikan dan penurunan.
v Sumber
kenaikan saham modal yang beredar:
·
Penerbitan saham.
·
Konvensi utang dan saham preferen.
·
Penerbitan dividen dan pemecahan saham
(stock split)
·
Penerbitan saham dalam akuisisi dan merger.
·
Penerbitan untuk opsi saham dan waran
v Sumber
penurunan saham.
·
Pembelian dan penghentian saham.
·
Pembelian kembali saham
·
Pemecahan saham terbalik (reverse stock
split).
Aspek penting lainnya dalam analisis
saham modal evaluasi atas opsi yang dimiliki oleh pihak lain, saat dijalankan,
menyababkan kenaikan jumlah saham beredar dan mendilusi kempemilikan. Opsi
tersebut meliputi:
·
Hak konversi utang dan saham preferen
menjadi saham biasa.
·
Waran yang dapat ditukarkan dengan saham
dalam kondisi tertentu pada harga tetap.
·
Komitmen utnuk menerbitkan modal saham.
Pentingnya analisis pengungkapan
tersebut adalah untuk meningkaatkan kita adanya potensi kenaikan jumlah saham
yang beredar. Dampak dilusi pada laba dan nilai buku per lembar saham
tergantung pada faktor-faktor seperti jumlah yang diterima atau hak lain yang
diberikan saat konvensi dilakukan.
· Modal
Kontribusi (contributed (or paid-in) capital).
Modal kontribusi atau
modal disetor merupakan total pendanaan yang diterima dari pemegang saham
sebagai pembayaran saham modal.Modal kontribusi dabagi menjadi dua bagian.
Pertama, bagian untuk saham modal nominal (saham biasa dan/atau saham
preferen). Kedua, kelebihan modal kontribusi/modal disetor di atas nilai
nominal. Akun lain dalam bagian modal kontribusi di ekuitas pemegang tersebut
adalah pembebanan atau kredit dari berbagai transaksi modal, termasuk (1)
penjual saham diperoleh kembali (terasury stock), (2) perubahan modal karena
penggabungan usaha, (3) modal donasi, sering kali disajikan terpisah, (4) biaya
penerbitan saham dan beban merger, dan (5) kapitalisasi laba ditahan melalui
dividen saham.
·
Saham Diperoleh Kembali (Treasury stock
atau buyback).
Salam diperoleh kembali
merupakan saham yang dibeli kembali stelah sebelumnya diterbitkan dan dibayar
penuh
b. Klasifikasi
Saham Modal
Saham Modal (capital stock) merupakan
saham yang diterbitkan kepada pemegang ekuitas sebagai pembayaran aktiva dan
jasa. Terdapat juga dua jenis saham modal di antaranya:
a. Saham
Preferen (prefered stock) merupakan kelompok khusus saham yang memiliki fitur
yang tidak dimiliki oleh saham luar biasa. Ciri-ciri umum preferen meliputi:
a. Prioritas
atas distribusi dividen, termasuk hak partisipasi dan dividen kumulatif.
b. Prioritas
atas likuidasi, termasuk hal yang terpenting karena selisih antara nilai
nominal dan nilai likuidasi saham preferen bisa besar.
c. Dapat
konvensi menjadi saham biasa.
d. Tidak
memiliki hak suara yang dapat berubah karena perubahan hal-hal seperti dividen
yang tidak dibayarkan.
e. Harga
pembelian kembali, biasanya digunakan untuk melindungi pemegang saham preferen
dari pembelian kembali yang terlalu awal.
b. Saham
Biasa (common stock) merupakan kelompok saham yang mencerminkan hak
kepemilikanserta memiliki rasio tinggi dan pengembalian tinggi atas kinerja
perusahaan. Saham biasa mencerminkan bunga sisa (residual interest), tidak
diprioritaskan, namun mendapatkan laba bersih sisa da menyerap rugi bersih.
Saham biasa dapat memiliki nilai nominal, jika tidak biasanya memiliki nilai
yang ditetapkan (stated value). Nilai nominal saham biasa merupakan msalah
legal dan bersifat historis.
c. Analisis
Saham Modal.
Akun-akun dalam ekuitas pemegang saham
umumnya tidak mempengaruhi penentuan laba, sehingga tidak banyak mempengaruhi
analisis laba. Informasi yang lebih relevan bagi analisis adalah komposisi pos
modal dan pemabatas-pembatasan yang berlaku. Komposisi ekuitas penting karena
dapat mempengaruhi hak sisa atas saham biasa serta hak, risiko, dan
pengembalian bagi investor ekuitas.
d. Laba
Ditahan
Laba ditahan (retained earnings)
merupakan modal yang dihasilkan sebuah perusahaan. Akun laba ditahan
mencerminkan akumulasi laba atau rugi yang tidak dapat dibagikan sejak
berdirinya perusahaan.
e. Dividen
Tunai dan Dividen Saham.
Dividen Tunai (cash dividen) merupakan
distribusi kas kepada pemegang saham. Dividen ini juga merupakan jenis dividen
yang paling umum dan saat diumumkan menjadi kewajiban bagi perusahaan.
Dividen Saham (stock dividen) merupakan
distribusi saham perusahaan itu sendiri kepada pemegang saham secara
proposional. Akuntansi bagi dividen saham kecil(small stock dividen) atau
dividen saham sederhana (ordinary stock dividen), umumnya lebih kecil dari 20%
sampai 25% saham beredar, mensyaratkan penilaian dividen saham pada nialai
pasar pada tanggal pengumuman.
f. Penyesuaian
Periode Lalu.
Penyesuaian periode lalu (prior period
adjustment) merupakan koroeksi kesalahan di periode laporan keuangan lalu.
g. Apropriasi
Laba Ditahan.
Apropriasi laba ditahan (appropriation
of covenant of retainer earnings) merupakan pembatasan atau ketentuan laba
ditahan sejumlah tertentu. Pembatasan penting meliputi pembatasan distribusi
dividen. Ketentuan obligasi dan kesepakatan pinjaman merupakan sumber
pembatasan tersebut.
h. Analisis
Laba Ditahan.
Analisis pembatasan distribusi laba
ditahan oleh pinjaman atau kesepakatan li\ain umumnya mengungkapakan perusahaan
dalam area seperti distribusi dividen atau pencapaian modal kerja pada tingkat
tertentu.
i.
Nilai Buku per Lembar Saham.
a. Perhitungan
Nilai Buku per Lembar Saham.
Nilai buku per lebar saham (book value
per share) adalah angka per lembar yang berasal dari likuiditas perusahaan pada
jumlah yang dilaporkan dalam neraca. “Nilai buku” (book value) merupakan
istilah konvensional yang mengacu pada nilai aktiva bersih, yaitu total bersih
dikurangi dengan klaim terhadapanya. “Nilai buku saham biasa” (book value of
commont stock) sama dengan total aktiva dikurangi kewajiban dan klaim efek yang
diprioritaskan (seperti saham preferen) pada jumlah yang dilaporkan dalam
neraca.
Cara sederhana untuk menghitungnilai
buku adalah menjumlahkan akun-akun ekuitas saham biasa dan menguranginya dengan
klaim yang didahulukan yang tidak tercermin dalam neraca.
b. Relevansi
Nilai Buku per Lembar Saham.
Nilai buku memiliki peranan penting
dalam analisis laporan keuangan. Aplikasi meliputi:
•
Nilai buku, dengan potensi penyesuaian,
seiring dalam penilaian kesepakan marger.
•
Analisis perusahaan dengan komposisi
besar aktiva likuid (institusi keuangan, invstasi, asuransi, asuransi, dan
bank) sangat tergantung pada nilai buku.
•
Analisis obligasi kualitas utama dan
saham preferen sangat memerlukan penutupan aktivitas (asset corverage).
Aplikasi tersebut harus mengakui
pertimbangan akuntansi sebagai berikut dalam perhubungan nilai buku per lembar
saham:
•
Nilai buku aktiva, khususnya aktiva
jangka panjang seperti properti, pabrik, dan peralatan, biasanya disajikan pada
harga perolehan yang dapat sangat berbeda dengan nilai pasar.
•
Aktiva tak berwujud yang dihasilkan
secara internal dan aktiva kontinjen dengan kemungkinan terjadi yang tinggi
sering kali tidak tercermin dalam nilai baku.
j.
Kewajiban pada ‘Ujung’ Ekuitas.
a. Saham
Preferen yang Dapat Ditarik Kembali.
Analisis harus mewaspadi efek ekuitas
(umumnya saham preren) yang dimiliki provisi pernarikan kembali wajib, yang
membuatnya lebih mirip utang daripada ekuitas. Efek tersebut mengharuskan
perusang untuk membayar dana pada tanggal tertentu. Efek ekuitas yang
sesungguhnya tidak memiliki ketentuan seperti itu.
b. Hak
Minoritas.
Hak Minoritas (minority interest)dalam
perusahaan yang dikonsolidasi umumnya dasajikan di neraca, di antara kewajiban
dan ekuitas. Hak minoritas adalahkepemilikan proporsional pemegang saham
minoritas atas anak perusahan yang dikonsolidasikan tersebut. Karena induk
perusahaan memasukkan semua aktiva bersih (aktiva dikurangi kewajiban) anak
perusahaan yang dikonsolidasi ke dalam laporan keuangan, induk perusahaan hak
minoritas sebagai kredit, atau sebadai komponen pendanaan di neraca.