“MATERI PARAGRAF 2”
Makalah Ini Dibuat untuk Melengkapi Tugas
Bahasa Indonesia
FERIYANTO (11102101)
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MALANG
JL.SOEKARNO HATTA-REMBUKSARI 1A, MALANG Tlp.
0341 478877
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur
penulis ucapkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pengembangan Alinea / Paragraf” ini dengan lancar. Penulisan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen matakuliah
Bahasa Indonesia . Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data yang
penulis peroleh dari situs blog di internet. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih
kepada pengajar matakuliah Bahasa Indonesia atas bimbingan dan arahan dalam
penulisan makalah ini, sehingga dapat diselesaikannya makalah ini. penulis berharap,
dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini
dapat menambah wawasan kita mengenai Pengembangan Alinea/Paragraf, khususnya
bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang
lebih baik.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dalam sebuah karangan ilmiah tidak
mungkin baik bila paragraf-paragraf penyusunnya tidak baik. Sama halnya dengan
paragraf, tidak mungkin menjadi paragraf yang baik bila kalimat-kalimat
penyusunnya juga tidak baik. Demikian juga dengan kalimat, tidak mungkin
diperoleh kalimat yang baik bila kata-kata penyusunnya tidak tepat dan tidak
sesuai. Berkaitan dengan paragraf, berikut ini kami akan membahas syarat, pola
dan teknik pengembanagan paragraf yang baik.
1.2
Tujuan
Penulisan
Disamping untuk
memenuhi tugas mata kuliah, makalah ini disusun dengan tujuan untuk lebih
mengetahui tentang :
1.
Syarat penyusunan paragraf yang baik
2.
Pola pengembangan paragraf
3.
Teknik Pengembangan Paragaraf
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Syarat-syarat Pembentukan dan
Pengembangan Paragraf
Dalam pembentukan/pengembangan
paragraf, perlu diperhatikan persyaratan-persyaratan berikut.
1.
Kesatuan
Sebagaimana telah
dipaparkan di depan, bahwa tiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok.
Fungsi paragraf adalah untuk mengembangkan gagasan pokok tersebut. Untuk itu,
di dalam pengembangannya, uraian-uraian dalam sebuah paragraf tidak boleh
menyimpang dari gagasan pokok tersebut. Dengan kata lain, uraian-uraian dalam
sebuah paragraf diikat oleh satu gagasan pokok dan merupakan satu kesatuan.
Semua kalimat yang terdapat dalam sebuah paragraf harus terfokus pada gagasan
pokok.
Untuk lebih
jelasnya perhatikan contoh berikut ini.
Kebutuhan
hidup sehari-hari setiap keluarga dalam masyarakat tidaklah sama. Hal ini sangat
tergantung pada besarnya penghasilan setiap keluarga. Keluarga yang
berpenghasilan sangat rendah, mungkin kebutuhan pokok pun sulit terpenuhi. Lain
halnya dengan keluarga yang berpenghasilan tinggi. Mereka dapat menyumbangkan
sebagian penghasilannya untuk membangun tempat-tempat beribadah, atau untuk
kegiatan sosial lainnya. Tempat ibadah memang perlu bagi masyarakat. Pada
umumnya tempat-tempat ibadah ini dibangun secara bergotong royong dan sangat
mengandalkan sumbangan para dermawan. Perbedaan penghasilan yang besar dalam
masyarakat telah menimbulkan jurang pemisah antara Si kaya dan Si miskin.
Contoh paragraf
di atas adalah contoh paragraf yang tidak memiliki prinsip kesatuan. Gagasan
pokok tentang penghasilan suatu keluarga dalam pengembangannya kita jumpai
gagasan pokok lain tentang tempat beribadah. Hubungan antara kalimat yang satu
dengan kalimat yang lain tidak merupakan satu kesatuan yang bulat untuk
menunjang gagasan utama.
2.
Kepaduan
Syarat kedua yang
harus dipenuhi oleh suatu paragraf ialah koherensi atau kepaduan. Sebuah
paragraf bukanlah sekedar kumpulan atau tumpukan kalimat-kalimat yang
masing-masing berdiri sendiri-sendiri, tetapi dibangun oleh kalimat-kalimat
yang mempunyai hubungan timbal balik. Urutan pikiran yang teratur akan
memperlihatkan adanya kepaduan, dan pembaca pun dapat dengan mudah
memahami/mengikuti jalan pikiran penulis tanpa hambatan karena adanya
perloncatan pikiran yang membingungkan.
Kata atau frase
transisi yang dapat dipakai dalam karangan ilmiah sekaligus sebagai penanda hubungan
dapat dirinci sebagai berikut.
v
Hubungan yang menandakan tambahan kepada
sesuatu yang sudah disebutkan sebelumnya, misalnya: lebih-lebih lagi,
tambahan, selanjutnya, di samping itu, lalu, seperti halnya, juga, lagi pula,
berikutnya, kedua, ketiga, akhirnya, tambahan pula, demikian juga
v
Hubungan yang menyatakan perbandingan,
misalnya: lain halnya, seperti, dalam hal yang sama, dalam hal yang
demikian, sebaliknya, sama sekali tidak, biarpun, meskipun
v
Hubungan yang menyatakan pertentangan
dengan sesuatu yang sudah disebutkan sebelumnya; misalnya: tetapi, namun,
bagaimanapun, walaupun demikian, sebaliknya, sama sekali tidak, biarpun,
meskipun
v
Hubungan yang menyatakan akibat/hasil;
misal: sebab itu, oleh sebab itu, karena itu, jadi, maka, akibatnya
v
Hubungan yang menyatakan tujuan, misalnya: sementara
itu, segera, beberapa saat kemudian, sesudah itu, kemudian
v
Hubungan yang menyatakan singkatan, misal: pendeknya,
ringkasnya, secara singkat, pada umumnya, seperti sudah dikatakan, dengan kata
lain, misalnya, yakni, sesungguhnya
v Hubungan
yang menyatakan tempat, misalnya: di sini, di sana, dekat, di seberang,
berdekatan, berdampingan dengan
3. Kelengkapan
Syarat ketiga
yang harus dipenuhi oleh suatu paragraf adalah kelengkapan. Suatu paragraf
dikatakan lengkap jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup menunjang
kejelasan kalimat topik/gagasan utama. Untuk lebih jelasnya perhatikan
contoh-contoh berikut ini.
contoh pertama
Suku Dayak tidak termasuk suku yang suka
bertengkar. Mereka tidak suka berselisih dan bersengketa.
Contoh paragraf
di atas hanya diperluas dengan perulangan. Pengembangannya pun tidak maksimal.
contoh kedua
Masalah kelautan yang dihadapi dewasa ini
ialah tidak adanya peminat atau penggemar jenis binatang laut seperti halnya
peminat atau penggemar penghuni darat atau burung-burung yang indah
Contoh paragraf
kedua di atas merupakan contoh paragraf yang tidak dikembangkan. Paragraf di
atas hanya terdiri dari kalimat topik saja. Contoh ketiga berikut ini merupakan
contoh pengembangan dari contoh paragraf kedua di atas.
contoh ketiga
Masalah
kelautan yang dihadapi dewasa ini ialah tidak adanya peminat atau penggemar
jenis binatang laut seperti halnya peminat atau penggemar penghuni darat atau
burung-burung yang indah. Tidak adanya penyediaan dana untuk melindungi ketam
kenari, kima, atau tiram mutiara sebagaimana halnya untuk panda dan harimau.
Jenis mahkluk laut tertentu tiba-tiba punah sebelum manusia sempat
melindunginya. Tiram raksasa di kawasan Indonesia bagian barat kebanyakan sudah
punah. Sangat sukar menemukan tiram hidup dewasa ini, padahal rumah tiram yang
sudah mati mudah ditemukan. Demikian juga halnya dengan kepiting kelapa dan
kepiting begal yang biasa menyebar dari pantai barat Afrika sampai bagian barat
Lautan Teduh, kini hanya dijumpai di daerah kecil yang terpencil. Dari mana
diperoleh dana untuk melindungi semua ini?
Perlu kiranya
ditambahkan di sini bahwa ada jenis wacana khusus/tertentu yang sengaja dibuat
satu paragraf hanya terdiri dari satu kalimat saja dan ini merupakan kalimat topik.
Wacana tersebut adalah wacana Tajuk Rencana dalam suatu surat kabar. Sesuai
dengan ciri wacana jurnalistik dalam sebuah tajuk, bahwa tajuk rencana
merupakan gagasan dari redaksi surat kabar tersebut pada suatu masalah
tertentu/sikap redaksi, sehingga apa yang diuraikan hanyalah gagasan-gagasan
pokoknya saja sementara uraian secara panjang lebar dapat dilihat dan dibaca
pada berita-berita utamanya
2.2
Letak Kalimat Topik dalam Sebuah Paragraf
Sebuah paragraf
dibangun dari beberapa kalimat yang saling menunjang dan hanya mengandung satu
gagasan pokok saja. Gagasan pokok itu dituangkan ke dalam kalimat topik /
kalimat pokok. Kalimat topik/kalimat pokok dalam sebuah paragraf dapat
diletakkan, di akhir di awal, di awal dan akhir, atau dalam seluruh paragraf
itu. Berikut ini secara urut akan dipaparkan contoh-contoh paragraf dengan
kalimat topik yang terletak di awal, di akhir, di awal dan akhir, serta dalam
seluruh paragraf.
contoh pertama
Kosa kata
memegang peranan dan merupakan unsur yang paling mendasar dalam kemampuan
berbahasa, khususnya dalam karang mengarang. Jumlah kosa kata yang dimiliki
seseorang akan menjadi petunjuk tentang pengetahuan seseorang. Di samping itu,
jumlah kosa kata yang dikuasai seseorang juga akan menjadi indikator bahwa
orang itu mengetahui sekian banyak konsep. Semakin banyak kosa kata yang
dikuasai, semakin tinggi pula tingkat pengetahuan seseorang. Dengan demikian,
seorang penulis akan mudah memilih kata-kata yang tepat/cocok untuk
mengungkapkan gagasan yang ada di dalam pikirannya.
contoh kedua
Pada waktu
anak memasuki dunia pendidikan, pengajaran bahasa Indonesia secara metodologis
dan sistematis bukanlah merupakan halangan baginya untuk memperluas dan
memantapkan bahasa daerahnya. Setelah anak didik meninggalkan kelas, ia kembali
mempergunakan bahasa daerah, baik dalam pergaulan dengan teman-temannya atau
dengan orang tuanya. Ia merasa lebih intim dengan bahasa daerah. Jam sekolah
berlangsung beberapa jam. Baik waktu istirahat maupun di antara jam-jam
pelajaran, unsur-unsur bahasa daerah tetap menerobos. Ditambah lagi jika
sekolah itu bersifat homogen dan gurunya pun penutur asli bahasa daerah itu.
Faktor-faktor inilah yang menyebabkan pengetahuan si anak terhadap bahasa
daerahnya akan melaju terus dengan cepat.
contoh ketiga
Peningkatan
taraf pendidikan para petani dirasakan sama pentingnya dengan usaha peningkatan
taraf hidup mereka. Petani yang berpendidikan cukup dapat mengubah sistem
pertanian tradisional, misalnya bercocok tanam hanya untuk memenuhi kebutuhan
pangan menjadi petani modern yang produktif. Petani yang berpendidikan cukup,
mampu menunjang pembangunan secara positif. Mereka dapat memberikan umpan balik
yang setimpal terhadap gagasan-gagasan yang dilontarkan perencana pembangunan,
baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Itulah sebabnya, peningkatan
taraf pendidikan para petani dirasakan sangat mendesak.
contoh keempat
Keriuhan
kokok ayam perlahan-lahan surut. Kian lama kian berkurang, akhirnya tinggal
satu-satu saja terdengar koko yang nyaring. Ayam-ayam sudah mulai turun dari
kandangnya, pergi ke ladang atau pelataran. Cicit burung mulai bersautan,
seiring langit di ufuk timur yang semburat merah, makin lama makin terang.
Lampu-lampu jalanan satu persatu mulai padam. Dengung dan raung lalu lintas
jalan raya mulai menggila seperti kemarin. Lengking klakson mobil dan desis
kereta apai bergema menerobos ke relung-relung rumah di sepanjang jalan.
Sayup-sayup terdengar dentang lonceng gereja menyongsong hari baru dan
menyatakan selamat tinggal pada hari kemarin.
2.3
Pengembangan Paragraf.
Salah satu cara
berlatih mengembangkan paragraf dapat dilakukan dengan membuat kerangka
paragraf dahulu sebelum menulis paragraf itu. Sebagai contoh dapat dilihat
paparan di bawah ini.
Kerangka
paragraph
Gagasan pokok : Keindahan
alam di Tawangmangu makin surut
Gagasan pununjang
:
1.
Manusia telah mengubah segala-galanya
2.
Hutan, sawah, dan ladang tergusur
3.
Pohon-pohon tidak ada lagi
4.
Pagar bunga sudah diganti
5.
Gedung-gedung mewah dibangun
Pengembangan
paragraf:
Bernostalgia
tentang indahnya alam di Tawangmangu hanya akan menimbulkan kekecewaan saja.
Dalam kurun waktu 25 tahun, dinamika kehidupan manusia telah mengubah
segala-galanya. Hutan, sawah, dan ladang telah tergusur oleh berbagai bentuk
bangunan. Ranting dan cabang pohon telah berganti dengan jeruji besi. Pagar
tanaman dan bunga yang dulu bermekaran dengan indahnya telah diterjang tembok
beton yang kokoh. Batu-batu gunung telah menghadirkan gedung plaza megah yang
menelan biaya trilyunan rupiah. Arus modernisasi dengan angkuhnya telah menelan
kemesraan dan indahnya alam ini.
Secara ringkas,
pengembangan paragraf dapat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut.
Pertama, susunlah kalimat topik dengan baik dan layak (jangan terlalu spesifik
sehingga sulit dikembangkan, jangan pula terlalu luas sehingga memerlukan
penjelasan yang panjang lebar). Kedua, tempatkanlah kalimat topik tersebut
dalam posisi yang menyolok dan jelas dalam sebuah paragraf. Ketiga, dukunglah
kalimat topik tersebut dengan detail-detail/ perincian-perincian yang tepat.
Keempat gunakan kata-kata transisi, frase, dan alat lain di dalam dan di antara
paragraf.
2.4
Pola
Pengembangan Paragraf
Yang dimaksud dengan pola pengembangan adalah
bentuk pengembangan kalimat utama ke dalam kalimat-kalimat penjelas.
Pengembangan paragraf mencakup dua persoalan utama, yakni:
1. Kemampuan merinci gagasan utama
paragraf ke dalam gagasan-gagasan penjelas.
2. Kemampuan mengurutkan
gagasan-gagasan penjelas kedalam gagasan-gagasan penjelas.
Adapun pola
pengembangan paragraf itu sendiri antara lain sebagai berikut:
1. Pola Umum-Khusus
Diawali dengan
pernyataan yang sifatnya umum. Ditandai dengan kata-kata ‘umumnya’, ‘banyak’.
Pernyataan tersebut kemudian dijelaskan dengan pernyataan berikutnya yang lebih
khusus.
Contoh:
Memiliki server sendiri memiliki banyak
keuntungan. Salah satunya kita dapat memanfaatkannya secara maksimal. Meskipun
demikian biaya yang dikeluarkan jauh lebih besar. Biaya untuk hardware saja
sudah di atas Rp 10 juta, belum lagi biaya perbulan. Selain itu kita juga
membutuhkan tenaga professional untuk menjadi operatornya.
2. Pola
Khusus-Umum
Merupakan
kebalikan dari pola deduktif.
Contoh:
Sebagian besar orang tampak berjejer di
pinggir jalan masuk. Sebagian lagi duduk santai di atas motor dan mobil yang
diparkir seenaknya di kiri dan kanan jalan masuk. Kawasan bandara sore ini
memang benar-benar telah dibanjiri lautan manusia.
3. Pola
Perbandingan
Pola yang
membandingkan sesuatu untuk menemukan perbedaan atau persamaan.
Contoh :
Sepak bola adalah olahraga paling populer di
dunia banyak orang memainkan olahraga ini mulai dari anak – anak hingga orang
dewasa. Namun seiring dengan perkembangan zaman lapangan sepak bola sudah
sangat sulit untuk di temukan di kota – kota besar di Jakarta. Sehingga banyak
yang beralih ke olahraga futsal. Futsal sendiri adalah olahraga yang hampir
serupa dengan sepak bola hanya saja untuk olahraga futsal hanya dimainkan oleh
5 orang dalam satu tim sehingga lapangan yang digunakan pun lebih kecil dibandingkan
dengan sepak bola.
4. Pola
Analogi
Analogi adalah
bentuk pengungkapan suatu objek yang dijelaskan dengan objek lain yang memiliki
suatu kesamaan atau kemiripan, biasanya dilakukan dengan bantuan kiasan.
Kata-kata kiasan yang digunakan yaitu ibaratnya, seperti dan bagaikan.
Contoh :
Hidup manusia ibarat roda yang terus berputar. Kadang ada di atas dan
kadang berada di bawah. Saat mereka berada di atas mereka bisa mendapatkan
apapun yang mereka inginkan, tapi sebaliknya ketika mereka berada di bawah
sulit sekali untuk meraih keinginan yang mereka dambakan. Ada kalanya bagi
mereka yang sedang berada di atas janganlah bersikap sombong dan ingatlah bahwa
kesuksesab tersebut hanya bersifat sementara. Dan bagi mereka yang berada di
bawah, janganlah berputus asa. Karena masih banyak cara untuk mendapatkan
kesuksesan tersebut yaitu dengan berusaha dan berdoa.
5. Pola
Sebab akibat
Pengembangan
paragraf dengan cara Sebab – Akibat dilakukan jika menerangkan suatu kejadian,
baik dari segi penyebab maupun dari segi akibat. Ungkapan yang sering digunakan
yaitu padahal, akibatnya, oleh karena itu, dan karena
Contoh :
Kebiasaan untuk membuang sampah harus
ditanamkan sejak dini dalam keseharia kita. Karena masayarakat pada umunya
masih kurang memiliki kesadaran untuk mencintai dan menjaga serta melestarikan
alam lingkungan kita sendiri. Mereka menganggap hal tersebut hanyalah slogan
yang tidak perlu diperhatikan. Tanpa rasa bersalah mereka membuang sampah
sembarangan sehingga lingkungan sekitar kita menjadi kotor dan tidak sehat. Dan
bila musim hujan tiba, banjir melanda ibukota. Kalau sudah terjadi seperti itu,
maka orang-orang akan menyalahkan orang lain atas kejadian tersebut tanpa
mereka sadari kalau bencana itu akibat dari ulah mereka sendiri.
6. Pola
Proses
Merupakan suatu
urutan dari tindakan atau perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan
suatu peristiwa.
Contoh:
Pohon anggur selain airnya dapat diminum,
daunnya pun dapat digunakan sebagai pembersih wajah. Caranya, ambillah daun
anggur secukupnya. Lalu tumbuk sampai halus. Masaklah hasil tumbukan itu dengan
air secukupnya. Tunggu sampai mendidih. Setelah ramuan mendingin, ramuan siap
digunakan. Oleskan ramuan pada wajah, tunggu beberapa saat, lalu bersihkan.
7. Pola
Sudut Pandang
Merupakan tempat
pengarang melihat atau menceritakan suatu hal. Sudut pandang diartikan sebagai
penglihatan seseorang atas suatu barang. Misalnya dari samping, dari atas, atau
dari bawah. Sebagai orang pertama, orang kedua, atau orang ketiga.
Contoh:
Dengan tersipu Imas dan Jaka menghalau
kerbau mereka ke sungai. Bersama-sama mereka memandikan kerbaunya. Mereka pun
sama-sama mandi. Namun hal itu tidak lama karena hari sudah senja. Ayah Imas
melinting rokok di depan gubuk kecilnya semabrai menunggu Imas pulang.
Malam pun terasa mulai sunyi. Dari tepi hutan terdengar lolongan anjing.
8. Pola
Generalisasi
Adalah penalaran
induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data.
Jumlah data atau pweristiwa khusus yang dikemukakan harus cukup dan dapat
mewakili.
Contoh :
Bersdarkan data keuangan tahun 2009, laba
yang didapatkan oleh PT X adalah sebesar 250 juta rupiah. Dimana pada tahun
sebelumnya yaitu pada tahun 2008 perusahaan mampu menghasilkan laba sebesar 500
juta rupiah. Hal ini menunjujkan bahwa perusahaan mengalami penurunan dalam
menghasilkan laba sebesar 250 juta rupiah atau turun sebesar 50% dari tahun
sebelumnya. Laporan menjadi evaluasi perusahaan tentang kinerja perusahaan
mereka. Pihak manajemenpun dituntut untuk segera mengambil kebijakan untuk
mengatasi hal tersebut.
9. Pola
Klasifikasi
Pola ini
merupakan penggunaan cara pengelompokkan hal-hal yang sama untuk memperjelas
kalimat utama. Pada mulanya penulis mengelompokkan suatu hal berdasarkan
persamaannya, Kemudian diperinci lagi lebih lanjut kedalam kelompok-kelompok
yang lebih kecil dan detail. Pengelompokkan yang didasarkan pada persamaan
biasanya dapat memberikan sebuah simpulan yang tepat.
Contoh:
Dalam karang mengarang atau tulis menulis,
dituntut beberapa kemampuan antara lain kemampuan yang berhubungan dengan
kebahasaan dan kemampuan pengembangan atau penyajian.Yang termasuk kemampuan
kebahasaan adalah kemampuan menerapkan ejaan,pungtuasi,kosa kata, diksi, dan
kalimat. Sedangkan yang dimaksud dengan kemampuan pengembangan ialah kemampuan
menata paragraf, kemampuan membedakan pokok bahasan, subpokok bahasan, dan
kemampuan membagi pokok bahasan dalam urutan yang sistematik.
10. Pola
Interatif
Paragraf
interatif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di tengah-tengah
bagian paragraf (di antara awal dan akhir paragraf)
Contoh :
Contoh :
Seminggu menjelang hari raya Idhul Fitri,
kebutuhan masyarakat semakin meningkat. Mulai dari harga makanan pokok hingga
sandang. Masyarakat khawatir jika tidak mempersiapkan kebutuhan hari raya dari
sekarang, stok kebutuhan menjelang hari raya semakin sedikit. Seriring
meningkatnya kebutuhan orang banyak, rupanya kekhawatiran masyarakat tersebut
dimanfaatkan oleh para pedagang untuk meningkatkan harga kebutuhan pokok.
Karena perbuatan pedagang yang seperti ini, terpaksa masyarakat harus membeli
dengan harga tinggi.
2.5
Paragraf Berdasarkan Teknik Pengembangannya
1.
Secara Alamiah
Dalam teknik ini
penulis sekedar menggunakan pola yang sudah ada pada objek/kejadian yang
dibicarakan. Susunan logis ini mengenal dua macam urutan, yaitu: (a) urutan
ruang (spasial) yang membawa pembaca dari satu titik ke titik berikutnya yang
berdekatan dalam sebuah ruang. Misalnya gambaran dari depan ke belakang, dari
luar ke dalam, dari bawah ke atas, dari kanan ke kiri dan sebagainya; (b)
urutan waktu (kronologis) yang menggambarkan urutan terjadinya peristiwa,
perbuatan, atau tindakan. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini.
a) urutan
ruang
Bangunan itu
terbagi dalam empat ruang. Pada ruang pertama yang sering disebut dengan
bangsal srimanganti, terdapat dua pasang kursi kayu ukiran Jepara. Ruangan ini
sering digunakan Adipati Sindungriwut untuk menerima tamu kadipaten. Di sebelah
kiri bangsal srimanganti, terdapat ruangan khusus untuk menyimpan benda-benda
pusaka kadipaten dan cendera mata dari kadipaten-kadipaten lain. Ruangan ini
tertutup rapat dan selalu dijaga oleh kesatria-kesatria terpilih Kadipaten
Ranggenah. Ruangan tempat menyimpan benda-benda pusaka dan cendera mata ini
sering disebut kundalini mesem. Agak jauh di sebelah kanan ruang kundalini
mesem terdapat sebuah ruangan yang senantiasa menebarkan aroma dupa. Ruang ini
disebut ruang pamujan karena di tempat inilah Sang Adipati selalu mengadakan
upacara dan kebaktian. Beberapa meter dari ruang pamujan terdapat ruangan kecil
dengan sebuah tempayan besar di tengahnya. Ruangan ini sering disebut dengan
ruang reresik, karena ruangan ini sering digunakan untuk membersihkan diri Sang
Adipati sebelum masuk ke ruang pamujan.
b) urutan
waktu
Menendang
bola dengan sepatu baru dikenalnya sekitar tahun 1977, saat ia baru lulus dari
STM Negeri 3 jurusan teknik elektro. Yang pertama kali melatihnya adalah klub
Halilintar. Dari sini pretasinya terus menanjak hingga kemudian ia dapat
bergabung dengan klub Pelita Jaya sampai sekarang. Tahun 1984 ia pernah
dipanggil untuk memperkuat PSSI ke Merdeka Games di Malaysia. Waktu ia
dipanggil lagi untuk turnamen di Brunei tahun 1985, ia gagal memenuhinya karena
kakinya cedera.
2.
Klimaks dan Antiklimaks
Gagasan utama
mula-mula dirinci dengan sebuah gagasan bawahan yang dianggap paling rendah
kedudukannya. Kemudian berangsur-angsur dengan gagasan lain hingga gagasan yang
paling tinggi kedudukan/kepentingannya. Contoh berikut kiranya dapat
memperjelas uraian ini.
Bentuk
traktor mengalami perkembangan dari jaman ke jaman seiring dengan kemajuan
tehnologi yang dicapai umat manusia. Pada waktu mesin uap baru jaya-jayanya,
ada traktor yang dijalankan dengan mesin uap. Pada waktu tank menjadi pusat
perhatian orang, traktor pun ikut-ikutan diberi model seperti tank. Keturunan
traktor model tank ini sampai sekarang masih dipergunakan orang, yaitu traktor
yang memakai roda rantai. Traktor semacam ini adalah hasil perusahaan
Carterpillar. Di samping Carterpillar, Ford pun tidak ketinggalan dalam
pembuatan traktor dan alat-alat pertanian lainnya. Jepang pun tidak mau kalah
bersaing dalam bidang ini. Produk Jepang yang khas di Indonesia terkenal dengan
nama padi traktor yang bentuknya sudah mengalami perubahan dari model-model
sebelumnya.
Pikiran utama
dari paragraf di atas adalah “bentuk traktor mengalami perkembangan dari zaman
ke zaman”. Pikiran utama itu kemudian dirinci dengan gagasan-gagasan : traktor
yang dijalankan dengan mesin uap, traktor yang memakai roda rantai, traktor
buatan Ford, dan traktor buatan Jepang.
Variasi dari
klimaks ialah antiklimaks. Pengembangan dengan antiklimaks dilakukan dengan
cara menguraikan gagasan dari yang paling tinggi kedudukannya, kemudian
perlahan-lahan menurun ke gagasan lain yang lebih rendah.
3.
Umum - Khusus & Khusus - Umum
(deduktif & induktif)
Cara pengungkapan
paragraf yang paling banyak digunakan adalah cara deduktif dan induktif.
Berikut ini secara urut akan disajikan contoh paragraf yang dikembangkan dengan
cara deduktif dan induktif.
Contoh deduktif
Salah satu
kedudukan bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa nasional. Kedudukan ini
dimiliki sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
Kedudukan ini mungkinkan oleh kenyataan bahwa bahasa Melayu yang mendasari
bahasa Indonesia telah menjadi lingua franca selama berabad-abad di seluruh
tanah air kita. Hal ini ditunjang lagi oleh faktor tidak terjadinya persaingan
bahasa, maksudnya persaingan bahasa daerah yang satu dengan bahasa daerah yang
lain untuk mencapai kedudukannya sebagai bahasa nasional.
Contoh induktif
Dokumen-dokumen
dan keputusan-keputusan serta surat menyurat yang dikeluarkan pemerintah dan
badan-badan kenegaraan lainnya ditulis dalam bahasa Indonesia. Pidato-pidato,
terutama pidato kenegaraan, ditulis dan diucapkan dengan bahasa Indonesia.
Hanya dalam keadaan tertentu , demi kepentingan antarbangsa kadang-kadang
pidato resmi ditulis dan diucapkan dalam bahasa asing, terutama bahasa Inggris.
Demikian juga pemakaian bahasa Indoensia oleh masyarakat dalam upacara,
peristiwa, dan kegiatan kenegaraan . Dengan kata lain, komunikasi timbal balik
antara pemerintah dengan masyarakat berlangsung dengan menggunakan bahasa
Indonesia.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Darai uraian di
atas dapat ditarik kesimpulan ,Paragaraf yang baik harus memenuhi syarat
kesatuan, kepaduan dan kelengkapan. Pengembangan
pragaraf dibagi dua berdasarkan pola dan teknik. Pola pengembangan paragaraf
meliputi pola deduktif, induktif, perbandingan, analogi, sebab akibat, proses,
sudut pandang, generalisasi, klasfikasi dan interatif. Sedangkan teknik
pengembangan paragraf meliputi teknik secara alamiah, klimaks dan antiklimaks,
dan deduktif atau induktif.
3.2
Saran
Membuat sebuah
paragraph tidak semudah yang kita
bayangkan selama ini. Sehingga latihan yang intensif akan lebih membantu dalam
pembuatan sebuah paragraph yang memenuhi persyaratan.